Disclaimer : Always Masashi kishimoto
Warning : Typo,Gajeness,Maybe OOC, don’t like don’t read.
Pairing : Sasuke Hinata/ Naruto Hinata/ Sakura Naruto
Genre : Romantis/ Hurt/ Comfort
Karya : Widiarti Ayuputri
Love Is Fire; Chapter 2 - What is Love?
Sabtu. 12.35.
Panas
terik matahari terasa sekali diatas kepala, padahal sedang berada di
dalam kelas. Ditambah lagi ini pelajaran Kakashi-Sensei, Guru yang
paling telat masuk sehingga sering kali para siswa membuat kericuhan.
Gadis
bermata lavender hanya dapat menghela nafas dan membaringkan kepalanya
diatas buku catatan lebih tepatnya Diary. Tampak dari jauh gadis
berambut Pink pendek menghampirinya. Huh, pasti dirinya akan dihujani
pertanyaan yang terkadang begitu membosankan. Akhirnya Hinata hanya
pasrah, lagipula Cuma Sakura yang perduli akan dirinya.
“Hei, Hinata-chan,” Ya tuhan, suaranya begitu nyaring dan bersemangat.
“Ha-Hai
Sakura-Chan,” Hinata hanya membalas dengan senyuman dan dengan malasnya
ia mengangkat kepalanya agar lebih terlihat menghormati Sakura yang
sepertinya ingin berbincang banyak.
“Sepertinya kau sedang
Bad-Mood ya? Ada apa? Apa yang terjadi? Ceritakan padaku? Kau terlihat
butuh bantuan?” Benar bukan? Sakura memang teman yang banyak Tanya dan
keingin tahuannya. Bukankah dia bisa sedikit menghemat pertanyaan agar
tidak pusing jika didengar? Sudahlah, mungkin memang sudah takdirnya
menjadi orang yang super aktif.
“A-Ano Sakura-chan. Tidak ada yang terjadi,” Jawab Hinata simple.
Dari
raut wajah Sakura sepertinya dia tidak puas akan jawaban Hinata, “Oh
ayolah temanku, berbagilah sedikit masalahmu itu padaku,” Dan sekarang
Sakura mengeluarkan Puppy-eyesnya. Siapapun yang melihat pasti akan
luluh dan memberikan apapun maunya.
Hinata menghela nafas,
dan Sakura tersenyum jahil. Sepertinya taktik Sakura berhasil untuk
membuat temannya ini bercerita dan membocorkan sedikit masalahnya.
“A-Aku
bertemu de-dengan ____” Saking gagapnya Hinata tak sanggup mengucapkan
nama “Sa-Su-Ke” dihadapan Sakura. Biar Sakura tebak, pasti Hinata akan
mengucapkan kata paling akhir itu sangat lama. Sama seperti dia
mengucapkan siapa orang yang ia sukai, Sakura harus rela mengorbankan 1
jam waktunya untuk mendengarkan nama orang yang disukai Hinata.
“Bertemu
dengan siapa?” Tanya Sakura penasaran, dan jangan katakan bahwa Hinata
bertemu dengan Uzumaki Naruto, salah satu senpainya yang cerewet dan sok
cakep dihadapan Hinata. Terlebih lagi Naruto-senpai suka berjalan
bertiga dengan Sasuke-senpai dan Suigetsu-senpai. Dan bisa ditebak bahwa
Naruto-lah yang paling jelek diantara mereka. Mengingatnya saja, sudah
membuat Sakura bergidik ngeri dan jijik. Uupss.
“De-Dengan ___”
“Ya ya, dengan siapa Hyuuga?” Sakura benar-benar terpancing emosi kali ini, apa susahnya menyebutkan nama orang tersebut.
“De-Dengan Sa-Sasuke-senpai,” Hinata menghela nafas lega karena akhirnya ia dapat mengucapkan nama itu.
“Benarkah? Lalu apa yang terjadi, biar kutebak. Pasti kau pingsan dihadapannya bukan?”
BINGO.
Jawaban Sakura kali ini benar-benar tepat sasaran. Tumben sekali.
Mendengar ucapan yang dilontarkan Sakura barusan, Hinata hanya
menundukkan kepalanya dalam-dalam.
“Ternyata benar
tebakanku, lalu apa yang terjadi setelah itu?” Baru saja Hinata hendak
menjawab pertanyaan Sakura barusan tapi Hatake sensei sudah masuk
kekelas lebih dulu.
“Baiklah, Hinata kau berhutang cerita padaku,” Astaga, bahkan dia mengancam.
“Maafkan
aku anak-anak, tadi di jalan macet parah. Jadi aku sedikit terlambat.
Baiklah, aku akan menyampaikan materi Fisika kepada kalian,” Kakashi
sensei memang guru yang selalu beralasan tidak masuk akal. Terkadang dia
beralasan kesandung batu pada saat hendak kesini, Terhambat karena
ketiduran di perpustakaan, menolong nenek-nenek yang sedang menyebrang
jalan raya dan lain-lain.
Maka saatnya kami belajar, belajar Fisika. Pelajaran yang terkadang dapat memaksa otakku berputar 360 derajat.
.
.
.
.
.
Bel
pulang sekolah telah berdentang. Dan terlihat sekali 400 murid SMA
Konohagakure berhambur keluar ruang kelas mereka masing-masing dengan
senyum yang sumringah karena waktunya untuk mengistirahatkan otak yang
telah dipakai 7 jam dari pukul 07.00 AM sampai pukul 02.00 PM.
“Hinata-chan,” Gadis berambut pink itu berlari kecil mengejar langkah seorang gadis yang bernama Hinata.
Hinata pun menghentikan langkahnya lalu menghadap kesumber suara.
“I-Iya Sakura-chan. Kenapa?”
“Sepertinya
aku tidak bisa mengantarmu pulang hari ini karena aku harus menjemput
ibuku ditempat temannya, Maaf ya,” Sakura menunduk lesu dan merasa
bersalah karena harus membiarkan temannya yang pendiam ini berjalan
kerumah sendirian.
Hinata tersenyum lalu menepuk pundak
Sakura dan berkata, “Tak A-Apa Sakura-chan, A-Aku bisa pu-pulang sendiri
dan menelpon Neji-Nii un-untuk menjemputku. Ja-jadi tak perlu
khawatir.”
Sakura bernafas lega saat mendengar nama Neji,
dia yakin Neji pasti akan menjemput Hinata. “Baiklah jika begitu, aku
duluan ya,” Sakura tersenyum lalu melambaikan tangannya kepada Hinata.
Dan Hinata hanya membalas dengan anggukan kepala beserta senyuman. Lalu
Hinata pun mulai melangkahkan kakinya saat punggung Sakura sudah tak
terlihat.
.
.
.
.
.
Hinata
menunggu dihalte bus yang ada didepan sekolahnya, dia mulai memencet
tombol angka dan menelpon seseorang yang ada diseberang.
“Halo, ada apa Hinata?” Tanya orang tersebut.
“Ha-Halo Nii-san, Bi-Bisakah kau menjemputku di halte bus yang ada didepan sekolahku?”
“Maafkan
aku Hinata, tapi sekarang ada rapat penting dan mungkin aku akan
lembur. Kau bisa naik taksi kan? Uangnya nanti akan kuganti.”
“Uhm Ba-Baiklah Nii-san.”
“Ya, Hati-hati.”
“Uhm, I-Iya Nii-san.”
Tuutt Tuut. Sambungan terputus.
Hinata menghela nafas, coba lihat suasana langit sekarang. Keadaannya mendung dan sepertinya akan hujan.
“Ga-Gawat,
Aku ti-tidak membawa Switter dan pa-payung. Terpaksa A-aku akan
menunggu dan kedinginan disini,” Hinata mulai menghentikan kepanikannya
dan mencoba duduk tenang serta santai menunggu taksi lewat didepannya.
Dan
benar sekali, Tetesan air mulai jatuh dari atas awan sedikit demi
sedikit lalu mengguyur deras. Tapi sayangnya, berpuluh-puluh mobil yang
lalu dihadapannya tapi tak ada satupun taksi. Ini benar-benar hari yang
buruk, dan sepertinya pertemuan dirinya dengan Sasuke bukanlah membawa
keberuntungan.
Hinata mengigil kedinginan akibat derasnya
air yang turun dan angin yang bertiup kencang. Bibirnya berubah pucat
dan Hinata memohon dalam hatinya, “Siapapun, Tolong aku.”
.
.
.
.
Sasuke baru saja keluar dari ruang osis bersama Naruto, Suigetsu, Sai dan Sasori.
“Ya
tuhan, kenapa harus hujan. Deras sekali pula. Hei Teme apa kau membawa
mobil?” Lelaki berambut pirang jabrik itu bertanya kepada salah satu
temannya yang berambut biru dongker.
Lelaki yang disapa
Teme itu langsung melemparkan tatapan Deathglare kepada lelaki pirang.
Dan si-lelaki pirang itu hanya membalas dengan “Cengiran khas”-nya yang
tidak jelas .
“Aku membawa motor,” Balas pemuda tersebut.
“Aku
membawa mobil sport merahku, siapapun boleh ikut. Dan Sasuke, Jika kau
malas membuat motormu karatan karena air hujan, kau dapat pulang
bersamaku dan biarkan bodyguardmu yang membawa pulang motormu,” Potong
lelaki yang bernama Sasori.
“Aku ikut denganmu saja Sasori, Boleh ya?” Lelaki yang bernama Naruto memelas dengan jurus “Puppy eyes” miliknya.
“Hn, Terserah kau sajalah. Lalu kau Suigetsu?”
“Aku
bawa mobil sport milikku juga, aku tak akan menumpang denganmu Sasori,”
Jawab lelaki yang berambut putih tersebut dan sering disapa “Suigetsu”.
“Baiklah jika begitu, tinggal kau Sasuke. Apa keputusanmu?” Sasori kembali bertanya kepada Sasuke.
“Aku memakai motorku saja, motorku anti karat. Kalian pulang saja lebih dulu, aku akan menyusul nanti malam,” Jawab Sasuke.
“Baiklah,” ujar Sasori lalu melangkah bersama Naruto dan Suigetsu menuju parkiran khusus mereka.
.
.
.
.
.
“I-Ibu
disini dingin sekali, A-aku tidak ku-kuat,” Perempuan berambut indigo
itu lalu menjatuhkan tubuhnya dibangku halte dan menutup matanya sambil
menggigil.
.....
Sasuke langsung mengenakan
jaket tebalnya berwarna Hitam dan memakai helm agar tetap aman. Dengan
cepat ia menyalakan motornya. Lalu melaju dengan kecepatan yang lumayan
tinggi.
Akhirnya ia sampai digerbang sekolah, tapi bola matanya tertuju pada seseorang yang tergeletak lemah di bangku halte bus.
Cukup
dengan melihat rambut indigo yang tergerai panjang, Sasuke langsung
mengetahui siapa orang tersebut. Dia wanita yang tadi pagi pingsan saat
bertemu dengannya.
Dengan cepat, Sasuke mendekatkan
motornya ke halte. Lalu ia bergegas memeriksa apa yang sedang terjadi.
Sasuke menempatkan tengkulup tangannya ke kening Hinata.
“Panas,” Desisnya pelan.
“I-Ibu,” Hinata mengigau dengan gelisah.
“Sepertinya
kau demam, kau terlihat pucat sekali,” Akhirnya Sasuke melepaskan jaket
tebalnya lalu ia kenakan di tubuh mungil Hinata.
Kemudian dia mengotak-atik Ponsel-nya.
“Halo.”
=====================|| End of Love Is Fire Chapter 02 ||=====================
TO BE CONTINUED.
A/N
: *Lirik-lirik pembaca* Ha-Halo Minna san. Go-Gomen Nee , Ceritanya
tambah rada aneh ya :( UPDATE LAMA PULA. Silahkan pentungi saya
*pundung, kabur*. Hosh-hosh , Otak saya lagi mampet beneran nih. Mana
hutang chapter di Fanfic buaanyaak, belom ada yang tamat T_T. tapi saya
usahain deh. Makanya doain otak saya seger, biar semangat lanjutin FIC
nya. Makasih banyak yang udah kasih saran, komentar dan Like-nya. Saya
beruntung punya pembaca seperti kalian semua *peluk-peluk*.
Jadi
apa tanggapan kalian pada chapter ini? Silahkan beri Komentar, Kritik
tapi bukan FLAME ya, Like nya juga jika tidak keberatan (^_^)
Salam dari author : Widiarti ayuputri
Si - Author
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Setelah membaca, silahkan tinggalkan Jejak Kaki anda disini.
Arigatouttebayo!!!!!!!!