Love is Fire; Chapter 2 - What is Love? - MeiTachi
Baca Artikel Terbaru :
Home » » Love is Fire; Chapter 2 - What is Love?

Love is Fire; Chapter 2 - What is Love?

Ditulis oleh Unknown, pada hari Senin, 02 April 2012 pukul 15.51.00

Disclaimer : Always Masashi kishimoto
Warning : Typo,Gajeness,Maybe OOC, don’t like don’t read.
Pairing : Sasuke Hinata/ Naruto Hinata/ Sakura Naruto
Genre : Romantis/ Hurt/ Comfort



Love Is Fire; Chapter 2 - What is Love?

Sabtu. 12.35.

Panas terik matahari terasa sekali diatas kepala, padahal sedang berada di dalam kelas. Ditambah lagi ini pelajaran Kakashi-Sensei, Guru yang paling telat masuk sehingga sering kali para siswa membuat kericuhan.

Gadis bermata lavender hanya dapat menghela nafas dan membaringkan kepalanya diatas buku catatan lebih tepatnya Diary. Tampak dari jauh gadis berambut Pink pendek menghampirinya. Huh, pasti dirinya akan dihujani pertanyaan yang terkadang begitu membosankan. Akhirnya Hinata hanya pasrah, lagipula Cuma Sakura yang perduli akan dirinya.

“Hei, Hinata-chan,” Ya tuhan, suaranya begitu nyaring dan bersemangat.

“Ha-Hai Sakura-Chan,” Hinata hanya membalas dengan senyuman dan dengan malasnya ia mengangkat kepalanya agar lebih terlihat menghormati Sakura yang sepertinya ingin berbincang banyak.

“Sepertinya kau sedang Bad-Mood ya? Ada apa? Apa yang terjadi? Ceritakan padaku? Kau terlihat butuh bantuan?”  Benar bukan? Sakura memang teman yang banyak Tanya dan keingin tahuannya. Bukankah dia bisa sedikit menghemat pertanyaan agar tidak pusing jika didengar? Sudahlah, mungkin memang sudah takdirnya menjadi orang yang super aktif.

“A-Ano Sakura-chan. Tidak ada yang terjadi,” Jawab Hinata simple.

Dari raut wajah Sakura sepertinya dia tidak puas akan jawaban Hinata, “Oh ayolah temanku, berbagilah sedikit masalahmu itu padaku,” Dan sekarang Sakura mengeluarkan Puppy-eyesnya. Siapapun yang melihat pasti akan luluh dan memberikan apapun maunya.

Hinata menghela nafas, dan Sakura tersenyum jahil. Sepertinya taktik Sakura berhasil untuk membuat temannya ini bercerita dan membocorkan sedikit masalahnya.

“A-Aku bertemu de-dengan ____” Saking gagapnya Hinata tak sanggup mengucapkan nama “Sa-Su-Ke” dihadapan Sakura. Biar Sakura tebak, pasti Hinata akan mengucapkan kata paling akhir itu sangat lama. Sama seperti dia mengucapkan siapa orang yang ia sukai, Sakura harus rela mengorbankan 1 jam waktunya untuk mendengarkan nama orang yang disukai Hinata.

“Bertemu dengan siapa?” Tanya Sakura penasaran, dan jangan katakan bahwa Hinata bertemu dengan Uzumaki Naruto, salah satu senpainya yang cerewet dan sok cakep dihadapan Hinata. Terlebih lagi Naruto-senpai suka berjalan bertiga dengan Sasuke-senpai dan Suigetsu-senpai. Dan bisa ditebak bahwa Naruto-lah yang paling jelek diantara mereka. Mengingatnya saja, sudah membuat Sakura bergidik ngeri dan jijik. Uupss.

“De-Dengan ___”

“Ya ya, dengan siapa Hyuuga?” Sakura benar-benar terpancing emosi kali ini, apa susahnya menyebutkan nama orang tersebut.

“De-Dengan Sa-Sasuke-senpai,” Hinata menghela nafas lega karena akhirnya ia dapat mengucapkan nama itu.

“Benarkah? Lalu apa yang terjadi, biar kutebak. Pasti kau pingsan dihadapannya bukan?”

BINGO. Jawaban Sakura kali ini benar-benar tepat sasaran. Tumben sekali. Mendengar ucapan yang dilontarkan Sakura barusan, Hinata hanya menundukkan kepalanya dalam-dalam.

“Ternyata benar tebakanku, lalu apa yang terjadi setelah itu?” Baru saja Hinata hendak menjawab pertanyaan Sakura barusan tapi Hatake sensei sudah masuk kekelas lebih dulu.

“Baiklah, Hinata kau berhutang cerita padaku,” Astaga, bahkan dia mengancam.

“Maafkan aku anak-anak, tadi di jalan macet parah. Jadi aku sedikit terlambat. Baiklah, aku akan menyampaikan materi Fisika kepada kalian,” Kakashi sensei memang guru yang selalu beralasan tidak masuk akal. Terkadang dia beralasan kesandung batu pada saat hendak kesini, Terhambat karena ketiduran di perpustakaan, menolong nenek-nenek yang sedang menyebrang jalan raya dan lain-lain.

Maka saatnya kami belajar, belajar Fisika. Pelajaran yang terkadang dapat memaksa otakku berputar 360 derajat.

.
.
.
.
.
Bel pulang sekolah telah berdentang. Dan terlihat sekali 400 murid SMA Konohagakure berhambur keluar ruang kelas mereka masing-masing dengan senyum yang sumringah karena waktunya untuk mengistirahatkan otak yang telah dipakai 7 jam dari pukul 07.00 AM sampai pukul 02.00 PM.

“Hinata-chan,” Gadis berambut pink itu berlari kecil mengejar langkah seorang gadis yang bernama Hinata.

Hinata pun menghentikan langkahnya lalu menghadap kesumber suara.

“I-Iya Sakura-chan. Kenapa?”

“Sepertinya aku tidak bisa mengantarmu pulang hari ini karena aku harus menjemput ibuku ditempat temannya, Maaf ya,” Sakura menunduk lesu dan merasa bersalah karena harus membiarkan temannya yang pendiam ini berjalan kerumah sendirian.

Hinata tersenyum lalu menepuk pundak Sakura dan berkata, “Tak A-Apa Sakura-chan, A-Aku bisa pu-pulang sendiri dan menelpon Neji-Nii un-untuk menjemputku. Ja-jadi tak perlu khawatir.”

Sakura bernafas lega saat mendengar nama Neji, dia yakin Neji pasti akan menjemput Hinata. “Baiklah jika begitu, aku duluan ya,” Sakura tersenyum lalu melambaikan tangannya kepada Hinata. Dan Hinata hanya membalas dengan anggukan kepala beserta senyuman. Lalu Hinata pun mulai melangkahkan kakinya saat punggung Sakura sudah tak terlihat.

.
.
.
.
.
Hinata menunggu dihalte bus yang ada didepan sekolahnya, dia mulai memencet tombol angka dan menelpon seseorang yang ada diseberang.

“Halo, ada apa Hinata?” Tanya orang tersebut.

“Ha-Halo Nii-san, Bi-Bisakah kau menjemputku di halte bus yang ada didepan sekolahku?”

“Maafkan aku Hinata, tapi sekarang ada rapat penting dan mungkin aku akan lembur. Kau bisa naik taksi kan? Uangnya nanti akan kuganti.”

“Uhm Ba-Baiklah Nii-san.”

“Ya, Hati-hati.”

“Uhm, I-Iya Nii-san.”

Tuutt Tuut. Sambungan terputus.

Hinata menghela nafas, coba lihat suasana langit sekarang. Keadaannya mendung dan sepertinya akan hujan.

“Ga-Gawat, Aku ti-tidak membawa Switter dan pa-payung. Terpaksa A-aku akan menunggu dan kedinginan disini,” Hinata mulai menghentikan kepanikannya dan mencoba duduk tenang serta santai menunggu taksi lewat didepannya.

Dan benar sekali, Tetesan air mulai jatuh dari atas awan sedikit demi sedikit lalu mengguyur deras. Tapi sayangnya, berpuluh-puluh mobil yang lalu dihadapannya tapi tak ada satupun taksi. Ini benar-benar hari yang buruk, dan sepertinya pertemuan dirinya dengan Sasuke bukanlah membawa keberuntungan.

Hinata mengigil kedinginan akibat derasnya air yang turun dan angin yang bertiup kencang. Bibirnya berubah pucat dan Hinata memohon dalam hatinya, “Siapapun, Tolong aku.”

.
.
.
.
Sasuke baru saja keluar dari ruang osis bersama Naruto, Suigetsu, Sai dan Sasori.

“Ya tuhan, kenapa harus hujan. Deras sekali pula. Hei Teme apa kau membawa mobil?” Lelaki berambut pirang jabrik itu bertanya kepada salah satu temannya yang berambut biru dongker.

Lelaki yang disapa Teme itu langsung melemparkan tatapan Deathglare kepada lelaki pirang. Dan si-lelaki pirang itu hanya membalas dengan “Cengiran khas”-nya yang tidak jelas .

“Aku membawa motor,” Balas pemuda tersebut.

“Aku membawa mobil sport merahku, siapapun boleh ikut. Dan Sasuke, Jika kau malas membuat motormu karatan karena air hujan, kau dapat pulang bersamaku dan biarkan bodyguardmu yang membawa pulang motormu,” Potong lelaki yang bernama Sasori.

“Aku ikut denganmu saja Sasori, Boleh ya?” Lelaki yang bernama Naruto memelas dengan jurus “Puppy eyes” miliknya.

“Hn, Terserah kau sajalah. Lalu kau Suigetsu?”

“Aku bawa mobil sport milikku juga, aku tak akan menumpang denganmu Sasori,” Jawab lelaki yang berambut putih tersebut dan sering disapa “Suigetsu”.

“Baiklah jika begitu, tinggal kau Sasuke. Apa keputusanmu?” Sasori kembali bertanya kepada Sasuke.

“Aku memakai motorku saja, motorku anti karat. Kalian pulang saja lebih dulu, aku akan menyusul nanti malam,” Jawab Sasuke.

“Baiklah,” ujar Sasori lalu melangkah bersama Naruto dan Suigetsu menuju parkiran khusus mereka.
.
.
.
.
.

“I-Ibu disini dingin sekali, A-aku tidak ku-kuat,” Perempuan berambut indigo itu lalu menjatuhkan tubuhnya dibangku halte dan menutup matanya sambil menggigil.

.....

Sasuke langsung mengenakan jaket tebalnya berwarna Hitam dan memakai helm agar tetap aman. Dengan cepat ia menyalakan motornya. Lalu melaju dengan kecepatan yang lumayan tinggi.

Akhirnya ia sampai digerbang sekolah, tapi bola matanya tertuju pada seseorang yang tergeletak lemah di bangku halte bus.

Cukup dengan melihat rambut indigo yang tergerai panjang, Sasuke langsung mengetahui siapa orang tersebut. Dia wanita yang tadi pagi pingsan saat bertemu dengannya.

Dengan cepat, Sasuke mendekatkan motornya ke halte. Lalu ia bergegas memeriksa apa yang sedang terjadi. Sasuke menempatkan tengkulup tangannya ke kening Hinata.

“Panas,” Desisnya pelan.

“I-Ibu,” Hinata mengigau dengan gelisah.

“Sepertinya kau demam, kau terlihat pucat sekali,” Akhirnya Sasuke melepaskan jaket tebalnya lalu ia kenakan di tubuh mungil Hinata.

Kemudian  dia mengotak-atik Ponsel-nya.

“Halo.”

=====================|| End of Love Is Fire Chapter 02 ||=====================

TO BE CONTINUED.
A/N : *Lirik-lirik pembaca* Ha-Halo Minna san. Go-Gomen Nee , Ceritanya tambah rada aneh ya :( UPDATE LAMA PULA. Silahkan pentungi saya *pundung, kabur*. Hosh-hosh , Otak saya lagi mampet beneran nih. Mana hutang chapter di Fanfic buaanyaak, belom ada yang tamat T_T. tapi saya usahain deh. Makanya doain otak saya seger, biar semangat lanjutin FIC nya. Makasih banyak yang udah kasih saran, komentar dan Like-nya. Saya beruntung punya pembaca seperti kalian semua *peluk-peluk*.

Jadi apa tanggapan kalian pada chapter ini? Silahkan beri Komentar, Kritik tapi bukan FLAME ya, Like nya juga jika tidak keberatan (^_^)

Salam dari author : Widiarti ayuputri
 Si - Author
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setelah membaca, silahkan tinggalkan Jejak Kaki anda disini.
Arigatouttebayo!!!!!!!!

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. MeiTachi - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger